Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) dipenjara. Justru dipenjara ia mendakwahkan Islam di setiap kamar. Banyak tahanan masuk Islam
Hidayatullah.com—Inilah untungnya jika aparat memenjarakan juru dakwah. Bukan menyurutkan nyalinya, justru membuat semarak agama di penjara. Seperti kisah Ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Kota Depok, Insan LS Mokoginta, yang kini di penjara Bolaang Mongondow.
Ceritanya, Ustad Insan, yang selama ini dikenal sebagai dai sekaligus kristolog itu Mokoginta divonis 6 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Bolaang Mongondow, Manado. Pengadilan menolak bandingnya.
Gara-garanya sepele saja, dia dianggap bekampanye di masjid. Kejadian itu berlangsung awal tahun lalu ketika ia bersama aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hakimudin mengadakan Kajian Kristologi dan Pengobatan Islami (Islamic Healing Center).
Selama dipenjara, ia tidak menyiakan-nyiakan waktunya. Keahliannya di bidang kristologi ia sampaikan ke teman-teman sekamarnya. Tiap hari ia berdakwah di kamar dan di masjid rumah tahanan. Mungkin, karena yang berdakwah sesama tahanan, maka seruannya masuk ke hati mereka.
“Kini alhamdulillah sudah masuk Islam 8 orang. Insya Allah saya akan jadikan buku pengalaman dakwah di penjara ini,” jelasnya saat dihubungi www.hidayatullah.com.
Bahkan menurut lelaki asli Sulawesi Utara yang sudah lama tinggal di Depok ini, kader-kader muallafnya sudah bisa berdakwah. “Insya Allah sepeninggal saya dari penjara, kader-kader gereja yang telah menjadi Muslim akan terus berdakwah di ruang penjara,”tuturnya.
Karena banyaknya muallaf, beberapa pendeta di Bolaang Mongondow gusar. Mereka memanggil beberapa muallaf yang telah mantap ber Islam. “Para muallaf itu dengan tegar menghadapi para pendeta itu dan menyatakan keyakinannya bahwa mereka telah mantap ber Islam dengan akal pikirannya,”jelas Pak Insan yang telah tinggal di kamar jeruji sekitar tiga bulan.
Insan Mokoginta, dikenal sangat aktif berdakwah. Meski kini umurnya sudah lebih dari 60 tahun, semangat dakwahnya mungkin mengalahkan anak-anak muda. Hampir tiap hari, bila kita menemui di rumahnya, seringkali ia duduk manis di kursi membuka-buka Al-Quran. Ia sudah menerbitkan lebih dari 10 buah.
”Ada seorang pendeta yang masuk Islam, kemudian kehilangan gajinya dari gereja. Maka kita carikan nafkah untuknya,”terangnya suatu ketika kepada hidayatullah.com.
”Harusnya Pak Insan lebih lama tinggal di penjara, agar muallaf makin banyak di sana,” komentar KH Syuhada Bahri Ketua DDII Pusat sambil tertawa. Pak Insan sebenarnya berat hati meninggalkan kamar tahanannya, tapi anak-anak dan istrinya menunggu. Ia dan dai-dai Dewan Da’wah berjanji akan secara periodik datang ke rumah tahanan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Kini, Insan sedang menunggu waktu pembebasannya. “Insya Allah seminggu lagi saya bebas,”ungkapnya kepada hidayatullah.com. [nh/www.hidayatullah.com]