Oleh : Fakta 03 Sep, 04 - 12:40 am
Sejak 1975, Muhammadiyah telah mulai menyorotkan sinar dakwah Islam ke berbagai wilayah suku terasing di pelosok tanah air. Sepanjang rentang masa hampir 30 tahun, lebih dari dua ratusan dai khusus telah diterjunkan. Berbagai penolakan dan ancaman mereka tuai, tantangan dan rintangan mereka hadapi.
Pertengahan tahun 2003 lalu, umat Islam Indonesia menyaksikan bagaimana kalangan Kristen begitu gigih menolak UU Sisdiknas. Bagi mereka, disahkannya UU tersebut akan menghalangi kelancaran missi Kristenisasi yang mereka lakukan di sekolah-sekolah Kristen terhadap peserta didik yang beragama Islam.
Meski para tokoh Kristen berusaha keras membantah telah melakukan kegiatan peng�Kristen�an terselubung disekolah-sekolah mereka, namun fakta berkata lain.
Sebut saja Bolaang, salah satu daerah terasing di Sulawesi Utara, disana telah berlangsung praktek licik tersebut. Seperti yang dilaporkan oleh Shaleh, dai khusus untuk Bolaang, bahwa di daerah tugasnya di Bolaang Mongondow-Sulawesi Utara, terdapat beberapa sekolah Kristen yang didalamnya siswa muslim diwajibkan ikut pendidikan Agama Kristen. Lebih dari itu, para siswa muslim pun acap kali ditugaskan memimpin doa Kristen pada acara-acara tertentu.
Fakta ini semestinya dapat membuka mata para tokoh dan aktifis muslim yang selama ini selalu menganggap sepi praktek Kristenisasi. Maraknya penolakan Kristen terhadap UU Kerukunan Umat Beragama, cukup membuat kita bertanya-tanya, ada apa dibalik itu? Bukankah UU KUB akan menciptakan suasana yang tentram dan damai? Anehnya, kelompok muslim berlabel pluralis-liberalis, ikut aktif menolak UU tersebut.
Nampaknya, penolakan tersebut berangkat dari kekhawatiran Kristen bahwa UU KUB akan menghalangi laju gerakan Kristenisasi mereka. Selama ini, pihak Kristen seolah sengaja tidak mengindahkan SKB tiga menteri, dengan mendirikan gereja-gereja besar di daerah minoritas Kristen. Bahkan tidak jarang di tengah-tengah komunitas muslim.
Praktek seperti ini, seperti diungkap Shaleh, juga terjadi di Bolaang. Beberapa Gereja sengaja dibangun oleh para missionaris di lokasi-lokasi strategis yang di sana hanya terdapat 1 atau 2 keluarga Kristen saja. Bahkan, lanjut dai khusus kelahiran Lamongan 38 tahun lalu ini, para missionaris sering berusaha mendirikan gereja di tengah-tengah perkampungan umat Islam.
Selain dua aksi curang di atas, berdasarkan pengamatan dai khusus yang telah bertugas selama lebih dari 15 tahun ini, para missionaris Kristen tidak segan-segan melancarkan praktek yang lebih tidak bermoral lagi. Mereka mengerahkan pemuda-pemuda Kristen untuk memacari, bahkan menikahi gadis-gadis muslimah.
Tidak jarang pula, beberapa muslimah yang kadar keimanannya masih lemah, terjebak pada praktek kumpul kebo dengan pemuda Kristen. Semua itu kemudian bermuara pada pemaksaan untuk memeluk agama Kristen, dengan ancaman akan ditinggalkan begitu saja jika menolak. Maka, tidak sedikit di antara para gadis muslimah tersebut yang berakhir dengan irtidad (murtad dari agama Islam) atau kalau masih kuat memegang Islam, akan menjadi janda yang tidak jelas status pernikahannya.
Semua kegetiran itu, tidak membuat surut langkah Shaleh untuk berdakwah di pedalaman Bolaang. Bahkan justru membuatnya semakin tegar dalam upaya membentengi kaum muslimin di sana dari upaya-upaya penggerogotan aqidah yang menggunakan cara-cara tidak wajar.
___________________
Oleh : MA. Imran, Laporan dai khusus daerah Bolaang Mongondow-Sulawesi Utara
Majalah Tabligh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar